1  UTS-1 All About Me

About Me

Namaku Illona Nasywa Hannum, tapi cukup panggil aku Lona. Aku kuliah di Sistem dan Teknologi Informasi ITB.

Aku punya kebiasaan kecil yang sering jadi bahan bercandaan teman-teman, yaitu suka menganalisis semuanya. Dari plot film, cara orang ngetik, sampai ekspresi teman waktu bilang “nggak apa-apa” (padahal jelas ada apa-apa). Tapi dari kebiasaan itu juga aku belajar satu hal penting, aku paling tenang kalau bisa memahami, bukan menilai. Mungkin karena sejak dulu aku selalu ingin tahu “mengapa sesuatu terjadi seperti itu” dan kadang juga “kenapa aku belum tidur padahal udah jam tiga pagi”.

Tapi keingintahuan itu pernah berubah jadi rasa ragu. Ada masa di mana aku merasa bodoh; kupikir prestasiku cuma hasil keberuntungan dan lingkup persaingan yang kecil di kotaku. Sampai akhirnya, ketika aku diterima di ITB lewat UTBK, di antara ribuan nama lainnya. Aku tersadar, “ternyata aku juga kompeten”. Rasanya seperti menemukan cermin baru, yang akhirnya memantulkan versi diriku yang lebih jujur.

Perjalanan itu juga membawaku ke titik paling manusiawi, ruang konsultasi psikolog. Setelah melalui hal yang menyedihkan, aku belajar bahwa menunjukkan emosi bukan tanda lemah, tapi langkah pertama menuju sembuh. Dari sana aku mulai paham bagaimana mengelola perasaan, dan lebih berani bilang “aku capek” tanpa merasa bersalah.

Sejak itu, aku mulai menata ulang cara pandangku terhadap diri sendiri. Mungkin karena itu juga teman-temanku bilang aku peka, tenang, dan objektif. Jadi, waktu bingung mau magang di bidang apa di himpunan, mereka langsung menyarankan Welfare, bidang yang mengurus wellbeing anggota. Dan ternyata… masuk akal juga. Aku memang suka memastikan orang lain baik-baik saja karena aku sudah tahu rasanya tidak baik-baik saja tapi tetap jawab “aku kuat kok” sambil mata berkaca-kaca.

Sekarang, aku sedang menjalani hidup dengan versi yang lebih lembut, menerima kekacauan kecil, menertawakan kelelahan, dan memeluk setiap fase sebagai bagian dari proses tumbuh. Tujuan jangka pendekku sederhana, menata body clock, berhenti jadi deadliner, dan sedikit lebih rajin dari aku yang kemarin. Sedangkan tujuan jangka panjangku? Menjadi seseorang yang bisa menjembatani teknologi dan kemanusiaan, menggunakan data dan AI bukan hanya untuk angka, tapi untuk memahami manusia di baliknya.

Hidupku belum selesai disusun, tapi aku sedang menyusunnya pelan-pelan dan aku tahu, selama aku terus belajar dan tersenyum di tengahnya, aku sedang menuju versi terbaik dari diriku sendiri.